Postingan

The true me

You know what? Actually I identified myself as a silly, temperamental, emotional, childish, patience, and cuddly person at the same time. I become different person in every situation and places, also depend on with who I spending my time. But not always. It also depend on my personal emotions and feeling that day. Confusing, right? Ha ha. My personality changes in every situations. What most people don’t know about me, even my closest friend is the fact that actually I turn into a silly person when I am spending my time at home with my family. I can fill the house with my jokes and humor wich is didn’t come out when I am with my friend or other people outside. I am super happy when my jokes works in front of people and can make them laugh. But it is just work in front of my family. Other than that, my family (parent and siblings) never judged me. I just acted like a fool at home in a funny way. I just want to make them happy and laugh beside our struggle in life. I have never been afra

23 y.o

Hari ini, usiaku genap menjadi 23 tahun. Kok hidup semakin ruwet aja ya. Di tengah-tengah skripsi-an, masalah hidup malah muncul lagi. Nggak cuma itu, tapi pertarungan sama batin sendiri juga nggak selesai-selesai. Mulai ujian hidup yang tambah berat, ngerasa diri ini emang ditakdirkan buat ngurusin orang lain dalam artian ngerawat orang lain, mikirin hidup orang lain yang sebenernya emang keluarga sendiri, tapi ada momen di mana ngerasa capek banget hidup kayak begini selama bertahun-tahun. Terus ada faktor dari internal diriku sendiri. Mulai dari self comparison, overthinking, insecure, terus akhirnya ngerasa stress sendiri. Tambah usia jadi tambah ujian dan bebannya. Yah, walaupun begitu, goals hidupku masih banyak. Masih banyak yang pengen aku lakuin.  Hari ini juga, aku bersyukur Allah mendekatkan aku sama orang-orang baik. Orang-orang yang sama-sama menganggap teman dan sahabat. Walaupun mungkin suatu saat nanti mereka bakal punya hidup masing-masing, tapi yang paling penting

Iblis

Jadi, cerita ini adalah bagian dari mimpi selama aku tertidur. Jalan ceritanya cukup rapih, akhirnya kutulis menjadi sebuah cerita yang sangat pendek, walaupun di awal sedikit kabur :) Iblis Di desa itu, di persawahan yang luas, setiap petani memiliki minotaur (banteng setengah manusia) yang membantu mereka memanen padi. Persawahan itu dijaga ketat oleh seorang pria gagah dengan wajah yang tegas. Tini dan kakaknya, Tina yang tersesat di tengah-tengah sibuknya panen padi tersebut sangat ketakutan dengan adanya minotaur yang dimiliki setiap petani. Di tengah ketakutan yang luar biasa, tiba-tiba penjaga wilayah itu datang dan tampak curiga dengan kehadiran dua gadis itu. Tini menjelaskan apa yang membuat mereka berada di persawahan itu dengan penuh rasa takut. Penjaga yang setengah percaya itu mencoba mengerti apa yang dibicarakan Tini. Tini yang ketakutan langsung meminta tolong kepada penjaga untuk membantu mereka keluar dari persawahan itu. “Tolong, hiks… tolong kami… kami takut. Kami

Lelah

Hari ini, aku bilang sama Allah sambil nangis: "Ya Allah, aku capek.... Capek banget.." Kata itu aja yang bisa menggambarkan perasaanku hari ini. Kayaknya ini udah di ujung banget, nggak kebendung lagi. Udah numpuk banget, akhirnya keluar juga air mata. Nggak tau juga apakah ini ujung, atau masih bakal ada emosi yang numpuk ke depannya. Aku itu rapuh, tapi tetep ditempa sama keadaan kayak gini. Bertahun-tahun lamanya, lebih dari tiga per empat usiaku saat ini. Bahkan sekarang malah lebih berat, mulai dari tiga tahun yang lalu. Bener-bener berat banget buat aku.  Start dari tiga tahun lalu itu, dan hari ini ada di titik capek banget sama keadaan. Lagi dan lagi, di saat kemarin-kemarin udah mulai membaik dan stabil, hari ini malah langsung dibalik lagi. Harus nerima apa yang Allah kasih buat aku saat ini, dalam bentuk apapun termasuk ujian-Nya. Yah, mungkin emang ini ujian yang harus aku hadapi. Walaupun rasanya berat banget, yakin aja kalau bakal berlalu. Bakal sembuh, entah

Curhat Dulu (Eps1)

Semester 9, titik yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dulu, kupikir aku akan menyelesaikan pendidikan ini tepat di semester 8. Ternyata kenyataan berkata lain. Idealis di awal saat memikirkan topik tugas akhir malah menjadi bumerang. Pada akhirnya, tugas yang aku jalani ini berjalan sangat lambat karena banyaknya kekurangan dari diriku sendiri. Dari kemampuanku yang sangat minim itu, banyak masalah muncul. Tapi, sedikit demi sedikit solusi dari masalah yang kuhadapi muncul satu per satu. Semua itu berjalan sangat lambat karena masalah itu merembet ke berbagai hal di dalam diriku. Bingung hingga berakhir pada rasa malas. Satu bulan berlalu sangat cepat tapi progress tugasku sangat amat lambat. Walaupun memang ada masalah di luar tugas yang sedang menimpaku, tapi salahku adalah menjadikan masalah eksternal itu menjadi alasan kemalasanku dan melabeli diriku sendiri dengan sebutan lelah mental. Padahal semua hal yang terjadi atas emosi dalam diriku berada di bawah kendaliku. Entah

Buyar

Akhir-akhir ini, aku merasa pergantian waktu sangat cepat. Siang dan malam berganti dengan sangat amat cepat. Tiap pagi, pikiranku berkata "sepertinya matahari baru saja tenggelam, kenapa sudah menampakkan dirinya lagi?" Sedangkan setiap malam yang terlintas di kepalaku adalah "sepertinya matahari baru saja muncul, kenapa sudah menghilang lagi?" Bias seperti itu, kurasakan setiap hari akhir-akhir ini, hingga satu bulan,, ah bukan, bahkan satu tahun terasa begitu singkat. Aku benar-benar ingin segera menyelesaikan tugasku saat ini. Tapi rasanya waktu sangat mengekang. Seakan aku tidak bisa bergerak ke manapun. Kekangan yang sangat menyesakkan itu ditambah dengan tuntutan orang lain, bahkan tututan diri atas diriku sendiri. Ya, diriku sendiri juga lah yang membuatku sesak. Semua itu membuat pikiranku hilang arah, tak terkendali. Pikiranku sibuk kesana-kemari, tidak bisa fokus ke hal yang paling penting dan harus dipikirkan saat ini. Rasanya ingin berteriak sekencang-k

Gratefulness

Dari sekian banyak manusia, aku didekatkan dengan orang-orang yang membuatku lebih bersyukur akan hidupku. Dari kecil terbiasa merasa hidupku adalah yang paling berat. Semakin hari dan semakin dewasa diriku, mengenal lebih banyak orang yang hidup mereka ternyata tidak lebih baik dariku. Yang tadinya kukira baik-baik saja, ternyata mereka pun merasa hidup mereka berat dan memang sedang tidak baik-baik saja. Semakin mengerti apa arti bersyukur. Hidupku masih jauh lebih baik dari mereka. Memang benar apa kata orang, tidak perlu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain. Tapi terkadang, melihat hidup orang lain itu perlu agar aku bisa lebih bersyukur dan sadar bahwa setiap orang punya lika-liku mereka masing-masing. Memang tidak bisa dibandingkan dan tidak perlu juga membandingkan masalah hidup. Yang perlu adalah menengok sedikit dan menyadari bahwa cobaan hidupku bukanlah satu-satunya yang ada di semesta ini. Semua orang punya cobaan hidup masing-masing.  Hari ini aku lebih bersyukur